Selasa, 06 Desember 2016

Paradoks Pancasila


Indonesia merupakan sebuah negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku, ras, agama, budaya, adat istiadat, dan kemajemukan lainnya. Dikarenakan kemajemukan itulah, bangsa Indonesia memerlukan sebuah pandangan hidup agar bisa menjadi pemersatu bangsa.

Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia yang dirumuskan oleh Ir.Soekarno dan Muhammad Yamin yang dimulai pada tahun 1945. Dimulai tahun 1945 kedua orang ini mempersoalkan filosofi negara, pandangan hidup, ideologi, yang akan dibentuk. Pada waktu itu rumusannya cukup sederhana, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, nasionalisme, internasionalisme, demokrasi, dan sosialisme. Bahkan kedudukan Ketuhanan ditaruh dalam sila ke lima, bukan pertama. Pada akhirnya Pancasila hadir dan lahir dengan konsep yang sedimikan rupa, yang dijadikan dasar negara dan harus dilaksanakan dalam berkebangsaan dan bernegara di Indonesia.

Pancasila merupakan konsep paradoks positif, bukan paradoks sebagai sebuah negasi. Akan tetapi, Konsep Pancasila sekarang adalah konsep yang menilai paradoks sebagai sebuah negasi yang membuat Pancasila hanyalah sebagai hiasan bibir belaka.

Pancasila merupakan sebuah entitas satu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dipisahkan sila-silanya dalam menafsirkan. Tidak bisa hanya menafsirkan satu sila tanpa menghubungkannya dengan sila yang lainnya. Jika hanya menafsirkan hanya satu sila tanpa memperhatikan yang lain maka nilai dan konsep yang telah dituangkan dalam Pancasila akan mengalami perubahan arti. Paradoks Pancasila dari masa ke masa ini lah yang menjadi persoalan sekarang ini.

Banyak orang sekarang mengartikan sebuah sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sebuah agama tertentu. Padahal jika kita berfikir lagi dengan hati yang tenang dan pikiran yang tenang tanpa terhasut oleh politik, pendapat yang dasarnya pun belum jelas meskipun belum tentu juga salah,  kita tidak akan mengatasnamakan sila pertama itu untuk agama anutan kita dan menjadikan senjata untuk menyerang agama lain.  Hal pandangan semacam ini bukan lah terjadi sekarang saja. Hal ini terjadi dari masa ke masa, dari masa orde lama, orde baru, bahkan sekarang masa reformasi pun masih terjadi, tentunya dari masa ke masa paradoks Pancasila selalu berbeda. 


Pada masa orde lama, pergeseran dan pertentangan terhadap Pancasila banyak sekali terjadi. Pada orde baru , Pancasila menguat dengan sistem yang diterapkan oleh Presiden Soeharto. Tetapi banyak yang tidak memahami bahwa sistem yang diterapkan tersebut digunakan Soeharto untuk melenggangkan kekuasaanya. Pada era reformasi seperti sekarang ini, Pancasila seharusnya menjadi alat pemersatu bangsa dan menjadikannya sebuah ideologi yang tertanam dalam hati dan jiwa setiap masyarakat bangsa Indonesia. Tetapi kenyataannya, pada jaman sekarang, Pancasila malah dijadikan sebuah hiasan bibir belaka, hanya terucap sebagai kalimat tanpa menjalankan maknanya. Menjalankan maknanya saja tidak dilakukan, berarti malah arti, definisi, nilai-nilainya, masih banyak yang belum paham secara utuh. Seakan-akan kita mempunyai idelogi yang sudah mencerminkan cita-cita bangsa tetepi kita masih tergiur akan ideologi-ideologi lain yang itu sudah jelas bertolak belakang dengan ciri dan cita-cita bangsa Indonesia.

Sudah banyak komentar-komentar tentang paradoks Pancasila dari masa ke masa.a Tetapi itu bukan persoalan, yang menjadi persoalan adalah , apa yang harus kita lakukan sekarang? Ya. Tentunya kita harus memikirkan bersama langkah yang tapat untuk hal ini. Bagaimana cara yang tepat untuk menanamkan Pancasila yang sesungguhnya didalam jiwa setiap masyarakat bangsa Indonesia agar tak hanya menjadi hiasan di dinding rumah saja dengan berjajarkan foto pemerintah negara. Apa yang salah sebenarnya ? Mungkin hal ini bukan sepenuhnya adalah kesalahan masyarakat. Mungkin karena trauma masyarakat tentang penerapan Pancasila yang berlaku pada era-era sebelumnya yang membuat masyarakat jadi enggan menerapkan karena takut kembali lagi terjadi hal-hal tak diinginkan seperti di era-era sebelumnya. Menurut pemikiran saya, alangkah baiknya jika kita mengesampingkan ego masing-masing dan mulai berfikir terbuka terhadap masalah yang ada. Sedikit saja mulai berfikir tentang kelangsungan hidup bangsa Indonesia. Kesampingkan kepentingan-kepentingan individual, kelompok tertentu, eksklusivisme, atau apalah yang membuat untuk sebagian kecil kelompok. Kita pahami apa maksud dari dipersatukan bangsa Indonesia ini, apa tujuan dibuat Pancasila oleh Ir.Soekarna dan Muhammad Yamin.


referensi : https://vgsiahaya.wordpress.com/artikel/paradoks-pancasila/

Ditulis oleh :
Galih Bhaktiar Candra
155150207111182

0 komentar:

Posting Komentar