Apa sih
sebenernya yang dimaksud “Kebhinekaan”? Asal kata dari “Bhineka” dalam
terjemahan bebas artinya kurang lebih adalah beraneka, bermacam2. Dalam
filosofi hidup Indonesia, Pancasila, kita mengenal semboyan “BHINEKA TUNGGAL
IKA”. Namun belakangan ini semboyan itu seperti hanya tinggal tulisan belaka.
Beberapa oknum yang mengatasnamakan salah satu agama, suku atau ras menyebarkan
paham primordialis yang sempit seakan kaumnya-lah yang paling baik diantara
semua kaum yg ada.
Indonesia
terdiri dari 700-an lebih etnis yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau yang
terbentang di nusantara. Sejak thn 2000 kini ada 6 agama yang diakui sebagai
agama resmi di Indonesia. Dari sisi toleransi umat beragama, mungkin hanya
Indonesia saja negara di dunia yang memberikan hari libur khusus keagamaan utk
perayaan hari raya keagamaannya semua agama yang diakui di Indonesia.
Kebhinekaan
harusnya kita pahami sebagai sebuah kekuatan pemersatu bangsa yang
keberadaannya tdk bisa dipungkiri. Kebhinekaan juga harus dimaknai masyarakat
melalui pemahaman multikulturalisme dengan berlandaskan kekuatan spiritualitas.
Kekuatan spiritualitas disini maksudnya adalah bahwa masyarakat melihat
perbedaan itu sebagai sebuah keragaman yang mempersatukan, menerima perbedaan
sebagai sebuah kekuatan bukan sebagai ancaman atau gangguan. Semua budaya,
agama & suku yang ada tetap pada bentuknya masing2, yang mempersatukan
adalah rasa nasionalisme kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang memiliki
ratusan budaya, adat istiadat, kebiasaan.
Kebhinekaan adalah tonggak pemersatu bangsa yang harus dipandang dengan
kebanggaan, kebanggaan karena kita bisa terlepas dari paham primordialisme
sempit yang menanggap ras, adat, agama lain lebih rendah/buruk dibanding milik
diri pribadi. Pengkotak-kotakan elemen masyarakat ini adalah buah dari era
penjajahan kolonial Belanda yang menggunakan taktik perang “devide et impera”.
Pemerintah kolonial Belanda menggunakan taktik tersebut utk memecahbelah
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia agar lebih mudah ditaklukan secara satu
persatu. Ibarat sapu lidi, jika lidi2 kecil disatukan jadi sapu lidi besar kita
akan sulit mematahkannya, namun jika lidi tersebut dipisahkan satu persatu maka
akan lebih gampang mematahkannya.
Danrem
011/Lilawangsa, Kolonel (Inf) Agus Firman Yusmono SIP MSI mengajak tokoh
masyarakat dan tokoh adat di Aceh Tamiang untuk menyatukan perbedaan dalam
kebihenakaan tunggal ika. Hal itu disampaikan Danrem di di Pendopo Bupati Aceh
Tamiang untuk mengantisipasi ancaman yang sewaktu waktu dapat terjadi di
Indonesia, Kamis (24/11/2016). Di hadapan tokoh masyarakat, Danrem memaparkan
tentang wawasan kebangsaan dalam kerangka NKRI dengan tema mari kita
berjuang dan bergotong royong mewujudkan Indonesia sebagai bangsa pemenang. Diantaranya
ancaman dan gangguan yang timbul dari pihak asing akibat krisis energi. Menurutnya,
lebih kurang 70 persen konflik yang terjadi di dunia dilatar belakangi
kurangnya sumber energi. Selanjutnya, lanjut Danrem, ancaman narkoba dimana
saat ini Indonesia sedang darurat narkoba dan dinyatakan dengan intruksi
Presiden RI yang menyatakan perang terhadap narkoba. Kemudian Danrem
dipeusijuek Sekda Ir Razuardi, Ketua MPU Ilyas Mustawa, tokok perempuan Siti
Rahma di pendopo Bupati Aceh Tamiang sebelum melanjutkan kunjungan ke
Batalion Raider 111 Tualang Cut. (*)
Sikap & pandangan primodiarlis sempit akan membawa Indonesia pada
kehancuran & disintegrasi bangsa. Konflik horisontal (antar masyarakat)
sering terjadi karena hal-hal sepele & remeh, sampai membawa2 masalah ke
SARA. Miris & memprihatinkan bagi sebuah negara sebesar Indonesia yang
telah merdeka 70 tahun lalu ini masih selalu mengkotak-kotakan elemen
masyarakat sampai ke hal2 terkecil. Akibat kurangnya pemahaman tersebut, dalam
hidup bermasyarakat masih banyak rakyat Indonesia tergagap-gagap menghadapi
perbedaan. Masyarakat yang gagal paham ini belum hidup dalam pluralisme sejati
dimana dalam masyarakat yang plural/multikultur, kita ga perlu lagi
mempertanyakan agama, suku atau bahasa.
Pada 20
November 2016, Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto menemui Ketua Umum PDIP
Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Sosiologi
Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito mengatakan, fenomena gerakan kebhinekaan
sebagai bentuk keresahan masyarakat atas situasi dan kondisi politik
akhir-akhir ini. Gerakan
itu juga mengajak masyarakat tidak ikut larut dalam pusaran konflik dan
kekerasan berlandaskan SARA yang berpotensi menimbulkan disintegrasi sosial,
seperti pengeboman gereja di Samarinda, Kaltim. Tak
hanya itu, gerakan tersebut juga merupakan upaya membangunkan kembali memori
masyarakat Indonesia tentang indahnya keberagaman. Dalam kegiatan itu bermaksa untuk membangunkan kembali memori
kolektivitas keindonesiaan.
Bhineka Tunggal Ika tidak bisa dianggap hanya sekedar semboyan, melainkan
di hayati, di simpan pada sanubari setiap warga negara Indonesia untuk menjaga
persatuan & kesatuan negara. Pada prinsipnya semboyan bangsa Indonesia
memiliki makna yang sangat penting yaitu toleransi dan kesatuan. Pertama,
Toleransi dapat mencairkan perbedaan menjadi persatuan sehingga tidak ada
perpecahan atau konflik. Kedua, Kesatuan merupakan hal yang harus dilakukan
dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan dari berbagai macam ras, suku, dan
agama.
Kita perlu melihat lagi makna dari Sumpah Pemuda 1928 yang sangat merefleksikan
semangat pluralisme sebuah bangsa demi mencapai tujuan yang sama. Melihat
gejala konflik2 horisontal yang terjadi di masyarakat saat ini nampaknya perlu
lagi dimaknai oleh masyarakat Indonesia filosofi Pancasila, UUD 1945, Sumpah
Pemuda 1928, pelajaran wawasan kebangsaan hingga etika bermasyarakat agar kita
benar2 memahami arti dari perbedaan.
Hayatilah peribahasa ini yang mungkin sebagian orang saat ini sudah nyaris
melupakannya…..
BERSATU KITA TEGUH, BERCERAI KITA RUNTUH.
Ditulis oleh:
Amaliah Gusfadilah
155150207111164
Pancasila kelas O
Amaliah Gusfadilah
155150207111164
Pancasila kelas O
0 komentar:
Posting Komentar