Senin, 21 November 2016

Kebhinekaan Dalam Pengaruh Kaum Mayoritas

 Foto: sindonews.com

 Setelah beberapa minggu lalu terjadi aksi demonstrasi bela Islam yang mengacu pada kasus penistaan agama yang dilakukan oleh salah satu Calon Gubernur DKI Jakarta, Ahok. Kini muncul berita bahwa akan ada aksi demonstrasi susulan digelar oleh GNPF-MUI pada 2 Desember 2016 mendatang  yang menuntut agar Ahok langsung dipenjarakan. Aksi unjuk rasa ini berjudul “Aksi damai dan doa untuk negeri”.

Demonstrasi merupakan hal yang pasti terjadi di negara demokrasi. Demonstrasi juga merupakan hak konstitusional yang dilindungi undang-undang. Sehingga setiap kelompok atau organisasi berhak melakukan aksi demonstrasi. Namun, aksi unjuk rasa tersebut harus sesuai prosedur yang telah disepakati.

Sulit rasanya bila demonstrasi yang dilakukan oleh GNPF-MUI nanti akan berjalan damai. Hal ini dikarenakan dengan jumlah massa yang begitu banyak. Tidak ada seorangpun yang dapat menjamin bahwa saat demonstrasi berlangsung dapat terhindar dari kericuhan. Oleh karena itu, daripada menggelar aksi yang dapat menyebabkan timbulnya kericuhan, lebih baik aksi tersebut ditiadakan. Aksi tersebut bisa diwakili oleh para pemuka agama yang ikut mengawasi jalannya proses hukum terhadap orang yang dituntut secara hukum.

Bila dilihat dari aksi unjuk rasa sebelumnya pada 4 November 2016 lalu, apabila aksi unjuk rasa tetap dilaksanakan dan terjadi kericuhan pada saat aksi unjuk rasa digelar,yang akan menjadi korbannya kebanyakan adalah kaum minoritas. Sangat disayangkan kalau hal ini sampai terjadi karena bisa mengurangi sikap toleransi antara kaum mayoritas dan kaum minoritas. Belum lagi ada kemungkinan dikaitkannya hal tersebut dengan isu-isu SARA lainnya. Tentu saja hal ini dapat merusak kebhinekaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Kebhinekaan yang seharusnya menjadi kekuatan bangsa malah menjadi kelemahan yang  dapat digoyahkan dengan mudahnya oleh isu SARA. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus tetap menjujung tinggi kebhinekaan, terutama kaum mayoritas yang mempunyai pengaruh besar terhadap kebhinekaan bangsa ini. Kaum mayoritas diharapkan bisa menjaga sikap agar tidak selalu menggelar aksi-aksi dalam menyelesaikan permasalahan yang dapat menimbulkan vandalisme. Penyelesaian masalah tidak melulu harus dengan unjuk rasa, tetapi juga bisa dengan mengedepankan musyawarah dan mufakat terhadap semua elemen, baik itu penegak hukum maupun pemerintah. Salain itu, juga bisa mengawasi proses hukum yang sedang berlangsung agar tidak terjadi kecemburuan.

Bhineka Tunggal Ika, itulah semboyan bangsa kita. Perbedaanlah yang membuat kita menjadi satu kesatuan bangsa Indonesia. Bukan sikap primordialisme yang kita kedepan. Bangsa ini tidak memandang apa sukumu, apa rasmu, dan apa agamamu, tetapi kita tetap memandang satu yang paling penting yaitu kita sebagai warga negara Indonesia. 

Referensi:
http://news.okezone.com/read/2016/11/19/337/1545941/fokus-demo-2-12-aksi-damai-seraya-menjaga-kebhinekaan-bangsa

Ditulis oleh: Ruri Armandhani (155150207111147)

0 komentar:

Posting Komentar