Apakah arti kata “pluralisme”? Kemajemukan? Keanekaragaman? Secara
spesifik pluralisme adalah sebuah kondisi di mana kelompok minoritas secara
penuh ikut berpartisipasi dalam hidup bermasyarakat dan bernegara bersama
dengan kelompok mayoritas, masyarakat dimana perbedaan-perbedaan keyakinan dan
budaya dihargai.
Kita hidup di tengah
masyarakat Indonesia yang plural. Kita beruntung punya prinsip pluralitas yang
dibingkai dalam "Bhinneka Tunggal Ika" yang merupakan semboyan yang
diambil oleh Mpu Tantular dari konsep teologi Hindu yang berbunyi Bhina Ika
Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mengrawa. Artinya, berbeda beda Dia, tapi satu
adanya tak ada ajaran yang menduakannya. Dalam hal ini semboyan Bhineka Tunggal
Ika dijadikan pedoman dari bangsa Indonesia dalam merangkul keberagaman yang
terdapat di Negara kita Indonesia. Bhineka ini pun dimasukkan kedalam salah
satu pilar kebangsaan yang di antaranya adalah UUD 1945, Pancasila, dan NKRI.
Keempat pilar ini dilahirkan dalam rangka memajukan Indonesia yang lebih
baik.
Indonesia merupakan negara
yang mempunyai tingkat pluralitas yang sangat tinggi yang ditandai dengan
keanekaragaman agama, yang berpotensi menimbulkan konflik. Seringkali kita
melihat Indonesia mengalami disintegrasi bengsa, yaitu menghilangnya keutuhan
atau persatuan yang menyebabkan perpecahan dengan maraknya kekerasan antara
suku, konflik yang berlatarbelakang agama, dan lain sebagainya, serta menjadi
sorotan dunia Internasional. Ada fakor politik, sosial, ekonomi, hukum , HAM
dan kebudayaan. Namun yang paling menjadi perhatian serius oleh masyarakat
adalah persoalan identitas kebangsaan dalam hal ini persoalan kebhinekaan.
Persoalan kebhinekaan ini
memang tidak akan bisa lepas dari perbincangan seluruh kalangan masyarakat
karena keberagaman di Indonesia ini bukan hanya dalam bentuk cerita namun
memang sebuah realita. Suku, agama, ras antar golongan ini merupakan hal nyata
dari sebuah kemajemukan yang menjadi kekayaan bangsa kita. Namun hal ini yang
menjadi kekayaan bangsa dan menjadi kebanggaan kita justru menjadi momok yang sering
dijadikan latar belakang dari terjadinya perpecahan bangsa yang berujung kepada
konflik nasional.
Persoalan ini tentunya harus
menjadi perhatian khusus bagi seluruh stake holder bangsa, yaitu
suatu masyarakat, kelompok, komunitas ataupun individu manusia yang memiliki
hubungan dan kepentingan terhadap suatu organisasi, karena melihat kebhinekaan
ini sebenarnya bukan merupakan alasan bagi terjadinya perpecahan sesama
masyarakat namun ini diarahkan kepada bentuk daripada salah satu kekayaan yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Jika kita menoleh lebih jauh
ke belakang melihat sosok yang mengambil semboyan ini yaitu Mpu Tantular, ia
merupakan penganut agama Budha, namun ia terbuka terhadap pemeluk agama lain,
terutama Hindu Siwa. Artinya sebenarnya sudah sejak lama bangsa Indonesia ini
mempraktikan hidup dengan menganut toleran terhadap pluralitas. Ini
adalah tradisi dan sudah melekat serta menjiwai setiap anggota masyarakat. Ini
pula yang menciptakan keberagaman yang rukun dan sudah sangat mengakar pada
bangsa Indonesia.
Mantapnya kebhinekaan
Indonesia dan kuatnya perekat kesatuan negara kita tersebut hanya dapat dicapai
dengan mematangkan pendidikan multikultur yang ideal melalui desain kebhinekaan
yang mengintergrasikan seluruh aspek pendidikan nilai, pengetahuan, dan
keterampilan hidup manusia dalam masyarakat Indonesia yang multikultur.
Sistem pendidikan saat ini
dianggap kurang dalam mensosialisasikan nilai-nilai seperti humanis, sehingga
masih belum membentuk paradigma manusia yang mampu memahami paradigma
multikulturalisme yang proporsional akibat distorsi-distorsi seperti contohnya
distorsi agama yang kerap dijadikan pembenar bagi terjadinya konflik
antaragama.
Melihat hal diatas maka
sebagai penerus sekaligus tulang punggung bangsa, generasi muda diharapkan
mampu menanamkan semangat toleransi pluralisme, dan penghargaan antar kelompok
agar tetap lestari dan menjadi dasar kehidupan berbangsa. Persepsi generasi
muda tentang persoalan kebangsaan, pluralitas dan kepemimpinan nasional
sangatlah penting dalam rangka mengeksplorasi opini dan sikap publik tentang
kebhinekaan di Indonesia.
Seperti berita yang terjadi
beberapa hari yang lalu, ratusan mahasiswa yang terdiri dari berbagai
organisasi mendorong gerakan kebhinekaan untuk menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia. “Agenda ini merupakan apel kebangsaan yang mana meneguhkan
kembali kebinekaaan dan kebangsaan kita”, kata Kaka Hanifa yang merupakan ketua
pelaksana “Deklarasi dan Karnaval Relawan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) Demi Kebhinekaan Indonesia" di Tugu Proklamasi, Jakarta, Kamis.
Deklarasi itu diikuti oleh mahasiswa dari berbagai organisasi yakni Pengurus
Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Pengurus Presidium Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia, Pimpinan Pusat Perhimpunan Mahasiwa Katolik
Republik Indonesia dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, Mahasiswa Hikmah
Budi dan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia. "Kita kumpulkan mahasiswa, ini
menjadi ajang silahturahmi dari berbagai mahasiswa tersebut guna mempererat
tali persaudaran kita sesama anak bangsa," ujarnya. Dia menanggapi rencana
demonstarsi pada 4 November 2016 sebagai hak warga negara dalam menyampaikan
pendapat namun tetap harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku sehingga
tidak mengganggu ketertiban. Dia mengatakan mahasiswa merupakan garda terdepan
mengawal NKRI dan kebinekaan serta meneguhkan Pancasila sebagai dasar negara.
"Kami ingin menegaskan bahwa Indonesia aman kondusif dengan mahasiswa
tampil sebagai garda terdepan untuk menjaga NKRI," ujarnya. Dia mengimbau
pada seluruh mahasiswa tidak ikut-ikutan untuk demonstrasi 4 november 2016.
"Kami dari organisasi menginstruksikan kader-kader kami untuk tidak ikut
aksi pada 4 November 2016," tuturnya.
Saat ini sangat diperlukan
adanya kelompok-kelompok yang diisi oleh anak muda dalam upaya membangun
toleransi keberagaman dan mendorong semangat kebhinekaan. Pengalaman kehidupan
sehari-hari para pelajar Indonesia serta gagasan-gagasan yang dimiliki oleh
generasi muda harus mulai di tanam, dipupuk, dan di sirami. Karena saat ini
melihat pelatihan atau seminar- seminar yang arahnya kepada semangat
kebhinekaan yang diadakan oleh orang-orang tua dapat dikatakan hanya sebagai
seremonial atau formalitas saja, maka dari itu semangat yang dimiliki oleh
intelektual muda yang idialismenya dapat diadu mungkin harus mulai mendominasi
untuk mengisi semangat multikultur ini. Karena dengan memperluas wacana
kebhinekaan di kalangan anak muda, dalam jangka panjang diharapkan dapat terbangun
secara luas pengejawantahan kebhinekaan Indonesia.
Referensi:
http://www.antaranews.com/berita/594059/ratusan-mahasiswa-dorong-gerakan-kebhinekaan
http://www.antaranews.com/berita/594059/ratusan-mahasiswa-dorong-gerakan-kebhinekaan
http://haluankepri.com/rubrik/opini/38025-masa-depan-kebinekaan-indonesia.html
Ditulis oleh:
Dedik Prasetyo
155150201111354
Pancasila kelas O
Dedik Prasetyo
155150201111354
Pancasila kelas O